Jakarta, Chronosdaily.id – Masuknya teknologi dan industrialisasi membawa perubahan besar dalam cara mencuci pakaian. Sejarah laundry pada awal abad ke-20, mesin cuci mulai diperkenalkan di Indonesia, meskipun pada awalnya hanya bisa diakses oleh kalangan atas atau masyarakat yang tinggal di kota-kota besar.
Mesin cuci pertama ini masih sederhana dan sering kali memerlukan bantuan manual dalam penggunaannya. namun, keberadaan mesin cuci mulai mengubah cara pandang masyarakat terhadap efisiensi waktu dan tenaga dalam mencuci pakaian.
Pada tahun 1970-an, perkembangan ekonomi dan urbanisasi di Indonesia membawa kemajuan signifikan dalam industri laundry. Peningkatan jumlah pekerja wanita dan keluarga dengan dua pencari nafkah meningkatkan permintaan akan layanan laundry profesional. Hal ini mendorong pertumbuhan bisnis laundry, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung.
Saat ini khususnya di kota-kota besar utamanya seperti di Jakarta, bisnis laundry modern semakin banyak. Apalagi keuntungan dan juga potensinya dalam menghasilkan pundi-pundi uang sangatlah besar.
Laundry sendiri berasal dari kata bahasa inggris yang memiliki makna mencuci pakaian atau tempat cuci pakaian. Dengan kata lain bisnis atau usaha ini menawarkan sebuah jasa kepada orang lain untuk mencucikan pakaiannya. Ada banyak jenis pakaian yang bisa ditawarkan jasa ini seperti cuci baju dan celana, jaket, sepatu, tas dan masih banyak lagi. Bahkan beberapa jasa laundry sudah tawarkan pencucian karpet.
Dasar utama kenapa bisnis ini muncul adalah karena peningkatan intensitas orang ketika bekerja sehingga tidak sempat mencuci pakaiannya sendiri. Melihat kondisi seperti itu, maka jasa laundry menjadi salah satu jalan keluar terbaik untuk mengatasi permasalahan ini.
Hal senada diungkapkan pula oleh Siska Fonda yang memilih untuk berbisnis jasa laundry modern ini. Bagi Siska Fonda, sangat paham situasi yang harus dirinya sendiri memilih jika ingin mandiri secara finansial. Sarjana Ekonomi di Institut Bisnis Indonesia (sekarang Universitas Kwik Kian Gie), menyebut bahwa bisnis laundry adalah bisnis yang menjanjikan karena permintaan yang stabil dan berpotensi mendapatkan keuntungan lebih tinggi dibandingkan disimpan di bank.
“Risiko pasti ada, dan bisa saja terjadi kapan saja ketika membangun suatu usaha. Tinggal bagaimana kesiapan untuk mengelola risiko itu. Pasti ada risiko keuangan, permodalan, operasional, pasar dan tentu kita harus berani menerobos berbagai risiko itu”, jelas Siska.
Dari berbagai jenis bisnis, kenapa lebih tertarik dan memilih bisnis coinlaundry dan wet cleaning, alasannya “Sebagai ibu rumah tangga, pegawai dan karyawati misalnya tinggal di rumah susun atau apartemen, tentu sangat membutuhkan jasa laundry karena efisiensi waktu”.
“Sebelum saya memilih bisnis jasa laundry ini, tentu didahului riset dan mengumpulkan berbagai opsi dan perbandingan-perbandingan. Memahami produk bisnisnya, bagaimana strategi pemasaran, siapa saja potensi pelanggannya, kebutuhan pasar di sekitar bagaimana. Semua aspek dipelajari
dulu.”
Menurutnya “Hal ini harus saya pahami dengan baik karena untuk membantu mengindentifikasi potensi resiko bisnis, manajemen dan keuangan dan membuat langkah-langkah solusi apabila ada permasalahan yang datang.”
Bagi Siska, konstruksi bisnis ini menjadi hal penting untuk memulai suatu usaha. Bagaimana memiliki mental dan karakter sebagai pengusaha. Tidak bisa hanya mengandalkan modal dalam menjalankan suatu bisnis.
Sesudah tertanam konstruksi bisnis dalam diri, “Saya melangkah dengan menentukan konsep bisnis yang sesuai, termasuk pilihan produk atau jasa yang menjadi kebutuhan. Pilihan saya di jasa cuci baju modern, yaitu coin laundry.”
“Mulailah saya menginventarisir apa saja peralatan yang dibutuhkan untuk memulai bisnis coin laundry. Ternyata perlu disiapkan mesin cuci dan pengering, sabun cuci, pelembut, pewangi pakaian, setrika uap, meja vakum setrika, lalu perlu keranjang timbangan, alat tagging, juga plastik kemasan, dan pastinya tempat usaha.” Jelas Siska yang juga aktif sebagai penggiat sosial, dan bergabung di organisasi kebangsaan IP-KI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia).
Seperti diketahui umum, lanjut Siska, selain layanan jasa cuci pakaian secara konvensional, beberapa tahun ini telah hadir konsep laundry koin (coin laundry) yang duluan populer di negara-negara Barat. Di Indonesia, konsep ini mulai berkembang di kota-kota besar dengan menyediakan fasilitas self-service, di mana pelanggan bisa mencuci dan mengeringkan pakaian mereka sendiri dengan menggunakan mesin yang disediakan.
Konsep ini menarik bagi kalangan mahasiswa, pekerja muda, dan masyarakat urban yang menginginkan fleksibilitas dalam mencuci pakaian. Ada pengalaman kalau baju yang di cuci di laundry suka bau karena tidak kering misalnya, atau keluhan pada saat libur hari raya lebaran, Natal, Tahun Baru ketika kesulitan mencari laundry yang buka.
“Kalau sudah memiliki konstruksi bisnis dalam diri, akan muncul dengan sendirinya inovasi dan kreatifitas untuk mengurangi bagian dari hambatan bisnis tersebut,” tegas Siska yang pernah bekerja sebagai Manager Operasional di Arion Indonesia Property, Manager Customer Service dan Tenant Relation di Cowell Development/ Plaza Atrium, Jakarta.
Diakuinya, saat mencoba laundry koin pertama kali, selain self service, ternyata asyik sekali, “Hanya 80 menit pakaian sudah bersih, kering, lembut , dan wangi, Tak ada bau akibat tidak kering,” Semenjak itu juga kisah jatuh cinta dengan coin laundry terjadi.
“Pada tahun 2017 saya resign dari tempat kerja dan langsung ingin bu
ka usaha coin laundry, solusi untuk ibu rumah tangga dan wanita pekerja yang ingin punya privasi untuk mencuci baju karena satu customer satu mesin, tidak tercampur, langsung kering, dan tidak kusut.”
Siska yang kini menjadi Pengurus PMI Kota Jakarta Pusat, kembali menegaskan dan mendorong perempuan Indonesia untuk berani dan tangguh dalam mewujudkan mandiri secara finansial. Saran Siska, “Dasari dengan konstruksi bisnis untuk dijadikan pijakan memulai suatu usaha. Bangun mental dan karakter serta konsep dalam berbisnis. “
Pandemi yang lalu menerjang semua pelaku bisnis. “Bisnis saya juga terimbas. Tetapi sampai hari ini bisnis saya tetap berjalan dan optimis akan terus berkembang,”
Memulai bisnis apapun, menurut Siska, ditentukan oleh kesiapan kita melangkah dan tetap memiliki optimisme di tengah berbagai hambatan. Yakin dan percaya diri apa yag sudah dilakukan pada saatnya akan berbuah manis. Bukan lagi mengelola tantangan, tetapi mengelola kesabaran dan kesetiaan diri,” tutup Siska Fonda.